Kamis, 22 September 2016

EKONOMI MIKRO-MAKRO ISLAM


MAKALAH
EKONOMI MIKRO-MAKRO ISLAM
Tentang
Fungsi dan Peningkatan Utililitas serta Optimal Solution
Dosen Pengampu : Anas Malik, M.E.Sy





DISUSUN OLEH:
NAMA           : ASTIKA APRILIANA
NPM               : 1502080004




                                                                       
                                                                       


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2016






KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman penulis terhadap  Fungsi dan Peningkatan Utililitas serta Optimal Solution

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Anas Malik, M.E.Sy selaku Dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Mikro-Makro Islam yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya menyusun makalah ini. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini.

Metro, 22 September 2016
Penulis


Astika Apriliana
 

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A.    Fungsi dan Peningkatan Utility................................................................ 2
B.     Optimal Solution...................................................................................... 11

BAB III KESIMPULAN................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Dalam teori ekonomi, sebuah perekonomian akan berjalan jika unsur-unsur dalam ekonomi berjalan dan saling memanfaatkan satu sama lain sebab pada prinsipnya manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan antar sesama. Adanya produsen dikarenakan adanya konsumen. Begitu pula adanya sesuatu yang dihasilkan  karena adanya permintaan dari masyarakat yang memerlukan, sebab konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. Namun secara sederhana dapat diartikan sebagai pengguna barang dan atau jasa, Masing-masing konsumen merupakan pribadi unik dimana antara konsumen yang satu dengan yang lain memiliki kebutuhan yang berbeda juga perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dari perbedaan-perbedaan yang unik tersebut ada satu persamaan yakni setiap saat konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada saat mengkonsumsi suatu barang ataupun jasa. Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang disebut dengan utilitas.
Kepuasan adalah hasrat yang tidak bisa diukur dengan nilai, masing-masing orang memiliki cita rasa yang berbeda namun jika yang diinginkan terpenuhi maka akan menghasilkan sebuah kepuasan tersendiri. Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin tidak membatasi konsumsi umatnya. Islam hanya mengatur etika konsumsi sebagai wujud kebersinambungan antara sang makhluk (hablu minan nas) dan antara sang tuhan (hablu minallah). Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan.

B.       Rumusan masalah
1.      Apakah fungsi utilitas dan bagaimana mengukur peningkatan utilitas?
2.      Apa itu optimal solution?
 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Fungsi Utility
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva indiferen (indifference curve). Biasanya yang digambarkan adalah utility function antara dua barang (atau jasa) yang keduanya memang disukai oleh konsumen.[1] Kurva Indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi konsumen[2]. Semakin jauh kurva indiferensidari titik nol menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Dalam membangun teori utility function, digunakan tiga aksioma pilihan rasional: [3]
1.      Completeness
Aksioma ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya di antara dua keadaan. Bila A dan B adalah dua keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menentukan secara tepat satu di antara tiga kemungkinan ini:
         A lebih disukai daripada B
         B lebih disukai daripada A
         A dan B sama menariknya
2.      Transitivity
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai daripada B,” dan “B lebih disukai daripada C,” maka Ia pasti akan mengatakan bahwa “A lebih disukai daripada C.” Aksioma ini sebenarnya untuk memastikan adanya konsistensi internal di dalam diri individu dalam mengambil keputusan.


[1] Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islami. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010). h. 64
[2] Pratama Rahardja dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 80
[3] Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro.,h. 65
 

1.      Continuity

Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai daripada B,” maka keadaan yang mendekati A pasti juga lebih disukai daripada B.
Ketiga asumsi ini dapat kita terjemahkan ke dalam bentuk geometris yang selanjutnya lebih sering kita kenal dengan kurva indiferen (selanjutnya kita tulis IC). IC adalah sebuah kurva yang melambangkan tingkat kepuasan konstan, atau sebagai tempat kedudukan masing-masing titik yang melambangkan kombinasi dua macam komoditas (atau berbagai macam komoditas) yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. Utility map untuk dua barang inilah yang digambarkan dengan grafik dua dimensi dengan sumbu X sebagai barang yang disukai dan sumbu Y sebagai barang lain yang juga disukai.

Gambar 4.1. Kurva Indifferece dengan Utility Berbeda
Semua kombinasi titik pada kurva indifference yang sama memiliki tingkat kepuasan yang sama. Gambar 4.2. menunjukkan bahwa titik A, B, dan C berada pada tingkat indifference yang sama sehingga tingkat kepuasan pada titik A sama dengan tingkat kepuasan pada titik B atau C yaitu pada U2.
Tabel 4.1. Kombinasi Konsumsi Barang X dan Barang Y
Kombinasi
Jumlah Barang X
Jumlah Barang Y
A
B
C
D
E
2 unit
3 unit
5 unit
3 unit
4 unit
3 unit
2 unit
1 unit
5 unit
4 unit
 

Kombinasi titik yang berada pada kurva indifference yang sama memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan bila berada pada kurva indifference yang berbeda maka memiliki tingkat kepuasan yang berbeda pula. Dan Gambar 4.2. dapat diketahui bahwa titik A, B, dan C memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan titik D dan E memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada titik A, B atau C.
Konsekuensi dan adanya aksioma konsistensi dalam pilihan konsumen, maka antara kurva indifference yang berbeda tidak boleh berpotongan. Jika kurva tersebut berpotongan berarti terjadi pelanggaran terhadap aksioma utility, yaitu tidak adanya konsistensi telah terjadi. Sebagai contoh, perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 4.3. Perpotongan Indifference Curve Melanggar
Kombinasi titik S, Q dan R memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva indifference U1. Kombinasi pada titik P, Q dan T memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva indifference U2. Dan kedua pernyataan di atas terlihat bahwa titik Q berada pada kurva indifference U dan U2, yang berarti tidak adanya konsistensi tingkat kepuasan pada titik Q yang berarti telah melanggar aksioma ke-2 dan utility.[1]



[1] Ibid., h. 66
 


1.      Tingkat Substitusi Marginal
Karena pilihan mesti dihadapkan pada alternatif penggunaan komoditas lain, maka perlu sekiranya kita mempelajari sejauh mana seorang konsumen bersedia untuk menukar suatu komoditas dengan komoditas lainnya melalui kajian lebih rinci dan kurva IC ini. Tingkat kesediaan untuk menukar komoditas dengan komoditas lain inilah yang dalam literatur konvensional kita kenal dengan tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution) x untuk y, atau MRSXY.
MRSXY = jumlah unit komoditas y yang harus dikorbankan untuk mendapatkan tambahan satu unit komoditas x, dalam tingkat kepuasan yang sama. Formulasi MRS dapat kita tuliskan sebagai berikut:[1]





Untuk lebih memperjelas penghitungan tingkat MRS ini di setiap titik dapat kita ilustrasikan pada gambar 4.4 di bawah ini:

Gambar 4.4. MRS Secara Grafis



[1] Ibid., h. 67
 

Perhitungan nilai MRS pada gambar 4.4. di atas adalah jumlah kompensasi pengurangan jumlah unit barang y yang dikonsumsi untuk mendapatkan penambahan konsumsi satu unit barang x. Kalau kita perhatikan nilai MRS dari kiri ke kanan, maka dapat kita simpulkan bahwa nilai MRS akan semakin berkurang. Nilai ciri tambahan yang dimiliki oleh kurva IC yaitu tingkat substitusi yang semakin berkurang (the low of diminishing marginal rate of substitution)

1.      Barang Halal, Haram, dan Analisis Kurva Indifference
Ada tiga prinsip dasar konsumsi yang digariskan oleh Islam yaitu:  Prinsip Halal,  Prinsip Kebersihan dan  Prinsip Kesederhanaan.[1] Seperti diketahui, tidak semua komoditas mempunyai sifat yang sama, yakni ada yang haram dan ada yang halal, Konsumsi barang halal dan haram tentu berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah yang berimplementasi pada pahala yang pada ujungnya akan berpengaruh pada kepuasan. Logikanya, barang yang kita konsumsi adalah barang yang sah dan halal maka akan membawa terhadap kemantapan dan kualitas ibadah karena ketika menggunakan tanpa dicampuri dan dibebani salah sehingga akan diterima dan mendapat pahala untuk bekal hari setelah kematian nanti.[2]
Karena tidak semua komoditas mempunyai sifat yang sama, yakni ada yang haram dan ada yang halal, maka kita tidak dapat memberikan pengertian yang sama terhadap bentuk dan fungsi dan kurva indifference. Seperti diketahui, IC dan garis anggaran digunakan untuk menganalisis pilihan seorang konsumen atas dua macam komoditas. Kesejahteraan konsumen akan meningkat jika ia mengonsumsi lebih banyak barang yang bermanfaat, halal dan mengurangi mengonsumsi barang yang buruk atau haram. Dalam Islam sudah jelas dan cukup rinci mengklasifikasikan mana barang halal dan mana barang buruk. Islam juga melarang untuk menghalalkan apa yang sudah ditetapkan haram dan mengharamkan apa-apa yang sudah menjadi halal.
Hal orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu


[1] Mannan, Ekonomi Islami, (Jakarta: Intermasa, 1992), h. 44
[2] Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 148
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dan apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya[1] (QS A1-Maa’idah [5]:87-88).
Untuk menerangkan bagaimana kurva indifference dibentuk dan berbagai komoditas yang telah memisahkan antara halal dan haram dan komoditas dapat kita lihat pada gambar di bawah ini: [2]

Gambar 4.5. Peta Indifference Curve Lengkap untuk Barang Halal/Haram





1.      Increasing Utility
Semakin tinggi indifference curve berarti semakin Banyak barang yang dapat dikonsumsi, yang berarti semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen. Secara grafis tingkat utilitas yang lebih tinggi digambarkan dengan utility function yang letaknya di sebelah kanan atas. Bagi konsumen, semakin ke kanan atas utility function semakin baik. Bentuk utility function yang convex (cembung terhadap titik 0) menunjukkan adanya diminishing marginal rate of substitution. Bahasa mudahnya, kepuasan yang didapat dan mengonsumsi piring pertama soto ayam lebih tinggi daripada kepuasan mengonsumsi soto ayam piring kedua, ketiga, dan seterusnya.
 

Dalam Islam cara pikir ini juga ditemukan. Rasulullah Saw. bersabda, “Orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada orang beriman yang lemah.” Dalam hadis lain bermakna, “Iri hati itu dilarang kecuali terhadap dua jenis orang: yaitu orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya, dan orang yang kaya yang membelanjakan hartanya di jalan Allah.” Jadi dalam konsep Islam pun diakui bahwa yang lebih banyak (tentunya yang halal) lebih baik. Secara grafis utility function antara dua barang (atau jasa) yang halal digambarkan sebagaimana lazimnya.

Gambar 4.6. Peningkatan Indifference Curve untuk Barang Halal X dengan Halal Y

Dalam konsep Islam sangat penting adanya pembagian jenis barang (atau jasa) antara yang haram dan yang halal. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menggambarkan hal ini dalam utility function. Utility function untuk dua barang yang salah satunya tidak disukai digambarkan dengan utility function yang terbalik seakan diletakkan cermin. Semakin sedikit barang yang tidak kita sukai akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini digambarkan dengan utility function yang semakin ke kiri atas semakin tinggi tingkat kepuasannya. Barang yang haram adalah barang yang tidak kita sukai. Secara grafis, kita gambarkan sumbu X sebagai barang haram, dan sumbu Y sebagai barang halal. Dalam grafik ini, pergerakan utility function ke kiri atas menunjukkan semakin banyak barang halal yang dikonsumsi dan semakin sedikit barang haram yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang halal berarti menambah utilit 
 


sedangkan semakin sedikit barang yang haram berarti mengurangi disutility. Keadaan ini akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

 
Gambar 4.7. Peningkatan Indifference Curve untuk Barang Haram X dengan Halal Y

Bila letak barang yang haram dan yang halal ini diubah maka bentuk utility function pun akan berubah. Bila sumbu X menunjukkan barang halal, sedangkan sumbu Y menunjukkan barang haram, maka bentuk utility function berbalik 180° dan terbuka menghadap ke kiri atas menjadi telungkup menghadap ke kanan bawah. Dalam grafik ini, pergerakan utility function ke kanan bawah menunjukkan semakin banyak barang halal yang dikonsumsi dan semakin sedikit barang haram yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang halal berarti menambah utility, sedangkan semakin sedikit barang yang haram berarti mengurangi disutility. Keadaan ini akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

1.      Budget Constraint
Segala keinginan pasti ada konstrain yang membatasinya, tentu batasan ini akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan konstrain yang lebih tinggi. Di Islam Rasulullah pernah menggambarkan hubungan antara cita-cita atau keinginan manusia dan segala hambatan yang mesti dijumpainya. Untuk menjelaskan bagaimana seorang mukmin berusaha meraih cita-citanya ia membuat gambar empat persegi panjang. 



Di tengah-tengah ditarik satu garis sampai keluar. Kemudian beliau membuat garis pendek-pendek di sebelah garis yang ditengah-tengah seraya bersabda: “Ini adalah manusia dan empat persegi panjang yang mengelilinginya adalah ajal. Garis yang di luar ini adalah cita-citanya, serta garis yang  pendek-pendek adalah hambatan-hambatannya. Apabila ia dapat menghadapi hambatan yang satu, maka ia akan menghadapi hambatan yang lain. Dan apabila ia dapat mengatasi hambatan yang lain, maka ia akan menghadapi hambatan lain lagi.”

Untuk tetap bersemangat melangkah dan setiap hambatanya tersebut, maka ia mengembalikan sepenuhnya kepada Allah Swt., ia percaya bahwa tiada sesuatu yang terjadi di alam ini tak lain atas kehendak Allah).
Dalam teori konsumsi hadis tentang cita-cita dan segala macam hambatan ini kita gunakan untuk menerangkan tentang batasan seseorang dalam memaksimalkan utility konsumsinya. Selain faktor norma konsumsi dalam Islam, keinginan untuk memaksimalkan utility function ditentukan juga oleh berapa dana yang tersedia untuk membeli kedua jenis barang tersebut. Batasan ini disebut budget constraint.  Secara matematis ditulis:
I = PxX + PyY
Dari persamaan di atas dapat diketahui kombinasi jumlah barang X dan barang Y yang dapat dikonsumsi. Dalam angka dapat digambarkan lebih jelas dengan tabel berikut ini. Katakanlah harga barang X adalah $1 per unit dan harga barang Y adalah $2 unit:[1]
Tabel 4.2. Biaya Kombinasi/Konsumsi/Barang X dan Barang Y
Kombinasi
Barang
Jumlah Barang X
Yang dikonsumsi
Jumlah Barang Y
Yang dikonsumsi
Pengeluaran
Total
A
0
40
$80
B
20
30
$80
C
40
20
$80
D
60
10
$80
E
80
0
$80

Tabel di atas menunjukkan kombinasi jumlah barang X dan jumlah barang Y yang dapat dikonsumsi, atau kombinasinya yang dapat dibeli dengan uang sejumlah $ 80. Garis yang menghubungkan titik A, B, C, D, dan E disebut dengan budget line.

Gambar 4.8. Garis Anggaran (Buget Line)
Kombinasi titik di bawah budget line menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk mengonsumsi barang X dan barang Y dan jumlah dana yang digunakan tersebut lebih kecil daripada jumlah dana yang tersedia (daerah yang diarsir).